Monthly Archives: March 2010

KISAH AYAM DAN CACING

.

Pada suatu hari, ada seekor anak ayam bersama induknya. Ketika pada suatu pagi mereka sedang mencari makan disekitar kebun halaman dimana kandangmereka tak jauh dari situ, tiba-tiba, si anak ayam melihat ada seekor cacing tanah sedang menangis tersedu-sedu di sela-sela akar pohon yang sudah mengering.

Dengan perasaan ingin tahu maka didekatinya cacing tersebut, sambil agak ragu ia mencoba bertanya,

“Hai cacing…, kamu sedang apa? dan mengapa menangis…?”

Dengan terkejut, cacing itu kemudian agak bersembunyi dibalik akar pohon. “Hai…!Jangan takut…, aku tidak bermaksud jahat terhadapmu…..!”, sapa anak ayam itu.

.

Maka, secara perlahan-lahan cacing mengeluarkan kepalanya dari balik akar pohon dan menjawab dengan lirih,

“Aku terpisah dari ibuku…, aku tidak tahu harus mencari kemana karena aku takut dimangsa oleh ayam-ayam sepertimu ?”, jawab si cacing dengan takut-takut.

Maka seketika si anak ayam merasa sangat kasihan dan merasa bersalah karena selama ini induknya suka memangsa cacing juga, dan bagaimana jika yang dimangsa adalah ibu si anak cacing tersebut? Hiih… tidak berani rasanya membayangkan akan betapa sedihnya cacing tersebut.

“Sudahlah, aku berjanji akan menjadi temanmu dan akan mencari di mana ibumu berada “, hibur anak ayam itu.

“Sekarang …, kamu sembunyi saja kembali di akar pohon sambil menunggu aku mencarikan dimana ibumu berada”.

“Oh.. ayam, kamu baik sekali, aku sangat berterima kasih kau sudah mau membantu mencarikan ibuku”, kata cacing kepada ayam.

“Sudahlah tidak apa-apa, kita kan harus saling menolong. Oh ya, aku sudah terlalu lama di sini, nanti indukku mencari. Sampai nanti yah, cacing…?

Maka anak ayam itu berlalu sambil melambai kepada si cacing.

Sepanjang jalan anak ayam berpikir bagaimana cara dia menemukan ibu si cacing, apakah induknya sudah memangsanya atau dia sendiri yang sudah me….,hiiii….. seram ! Dia buang pikiranitu jauh-jauh.

Rupanya induk ayam melihat anaknya agak melamun sepanjang hari, hingga kemudian ia bertanya :

“kamu kenapa nak ? Kok ibu lihat dari tadi melamun dan makanmu tidak banyak hari ini ?”

“Tidak apa-apa bu”

Dengan agak gugup anak ayam menjawab sambil memandang penuh selidik ke wajah induknya. Dipandang seperti itu si induk ayam kembali bertanya, “kenapa kau memandang ibu seperti itu? Ada yang aneh?“

Kemudian si anak ayam kembali bertanya,

“Bu…? apakah ibuhari ini memangsa cacing untuk makan kita? “

Sambil kemudian merunduk si anak ayam mulai menangis.

“Kamu kenapa? “, si induk kembali bertanya.

“Coba ceritakan kepada ibu, bukankah selama ini kalian suka dengan cacing yang ibu bawakan?”

“Tidak…!!! Tidak!!aku tidak mau cacing lagi bu, aku tidak mau kehilangan ibu seperti cacing itu”

Dengan tersedu-sedu maka diceritakannya perihal teman barunya tersebut.

Mendengar itu semua si induk ayam sangat tersentuh hatinya, kemudian ia bertanya kepada anaknya,

“Hatimu sangat mulia sekali nak, kamu sudah mengerti akan rasa mengasihi, sedangkan ibu…, selama ini seringkali tidak peduli dengan yang lainnya. Baiklah nak, sebelum sore menjelang, mari kita bantu carikan ibu si cacing itu”

Dengan wajah berseri-seri dan dengan penuh semangat maka si anak ayam bergegas keluar kandang danberlari menuju kebun di halaman bersama induknya.

Sambil mengais-ngais tanah dan ranting kedua ayam itu terus mencari dan memanggil manggil si induk cacing.

Tiba-tiba, dari balik sebongkah batu terdengar suara lirih merintih, bergegas induk ayam dan anaknya menghampiri suara itu.

Dan nampak dihapannya seekor cacing dengan sebagian badannya terhimpit batu. Sontak mereka terkejut terutama cacing yang sedang tidak berdaya itu dengan lirih bergumam,

“silahkan…, jika kalian ingin memangsakuhik..hik… “’, katanya sambil menangis dan kesakitan.

Melihat itu semua anak ayam dan induknya kembali tersentuh hatinya.

“Kami tidak ingin memangsamu, kami ingin menolongmu.., karena kami tahu anakmu sangat merindukanmu untuk kembali”

Begitu mendengar anaknya disebut maka seketika si cacing itu kembali bersemangat,

“Dimana anaku…? Apa…kalian melihatnya?”

Kemudian si anak ayam menceritakan perihal pertemuannya dengan si anak cacing itu.

“Nah sekarang mari kita bantu untuk melepaskan himpitan batu ini,

“1..2…3! nah, berhasil!”

“Horee…!!!

Dengan senang anak ayam berputar putar menari karena induknya berhasil menyelamatkan ibu si cacing.

“Berhubung hari sudah mulai gelap sebaiknya kau ikut aku saja, kau akan kubawa dengan paruhku secara perlahan dan akan kuhantarkan ke tempat anakmu berada kata induk ayam”

“Baiklah, jawab ibu cacing, tapi perlahan ya? karena badanku masih sakit”. katanya lagi khawatir.

“Baiklah, jawab induk ayam. Ayo nak! kita antar ibu cacing ini.”

Dan berangkatlah mereka menuju akar pohon kering yang tak jauh dari kandang.

Hari sudah mulai gelap ketika si anak cacing sudah mulai putus asa mengharap ibunya kembali, sesekali masih terdengar isak kecil keluar dari mulutnya. Tiba-tiba terdengar suara kepak sayap dan perlahan suara jejak langkah semakin mendekat.

Anak cacing itu melihat kaki ayam yang besar dan kuat mendekatinya semakin takut dan gemetar saja dirinya. Dia berharap paruh paruh itu tidak menghujat ke badannya yang masih kecil.

“Nak ini ibu nak…,

kaget anak cacing itu begitu mendengar suara ibunya.

“Ibu…. Dimana ibu….?”

perlahan paruh induk ayam mendekat dan diturunkannya ibu sicacing di hadapannya.

“Oh anakku…. “

Dan mereka berpelukan terharu.

Anak ayam dan induknyapun terharu dan gembira karena mereka telah berhasil mempertemukan kembali anak dan ibu si cacing. Akhirnya mereka kembali kekandang dengan perasaan yang saaangat senang.

Cerita oleh: Eny Sopyan